Senin, 08 Juli 2013

「J-映画のレビュー」滑走路ビート - "唯一信じる人々は、その変更することができます"


Runway Beat / ランウェイ☆ビート / Ranwei bito

監督:大谷健太郎
著者:原田マハ(小説)、泉高橋
プロデューサー:斎藤博明
撮影監督:福本4月
リリース日:2011年3月19日
時間:126分
ジャンル:青春/ファッション
会社:松竹、TBS
配信者:松竹
言語:日本語
国:日本

みぞろぎビートとして瀬戸康史
ビジネスマンの服や仕立ての孫の息子。彼は衣服を設計するための自然な才能を持っている。

桜庭ななみとして塚本めい
ビ―トの
同級生。
彼の新しい学校でビートを知っていた最初の人。当初、彼は将来的に何をしたいかを正確に、彼がどんな才能を持っていた知らなかった普通の男子高校生。

三木橘として桐谷美玲

"Sweeteen"ファッション雑誌のためのよく知られたモデル。同級生を破った。彼はビート見るまでのモデルはあまりにもファッションデザインに関係ありません。

 
ワンダとして田中圭

ビ―トの
同級生。
二年間、彼は学校をやめたが、その後再び。内向的な性格は、彼が頻繁に他の子をいじめた。しかし、その後、ビート·チェンジ後に変更。才能豊かな建築家。

ImaluとしてAnna
同級生と
友人小さなめい。学校卒業後、彼はファミリーレストラン事業を引き継いだ。しかし、夜に彼はまだDJと同様に動作します。

溝呂木隼人として田辺誠一(父のビート)
思春期の消費者に特化した衣類の起業家。しかし、母親がビートを死んだ後のデザインを作って停止します。父を破ったが、ビートとの良好な関係を持っていませんでした。

溝呂木全幅として敦夫中村
祖父を破った。テーラー。彼女の母親が亡くなったので、ビートは彼の祖父と一緒にすることを選んだ。

アシスタント溝呂木隼人として美智子吉瀬
彼は設計隼人魅せも愛されるが、多くの場合、隼人に精通して対立した。彼は最初の特別な才能を見て、最終的にはビートビートをサポートしています。

宮本きららとしてエリナ水野
幼なじみのビート。彼はいつも病気白血病と入院です。


プロット:
ファッションショーを作る5若者の物語。

彼女の母親が死んだので、溝呂木ビート、そうでなければ彼の祖父と住んでいたテーラーがビートとも呼ばれます。しかし、その後、彼は父親と一緒に暮らすため、東京へ移動。服を作るための自然な才能を持っている。
彼の新しい学校への出席を打つ、それが雰囲気を変えた。月、彼女は高校時代に何をしたいか分からなかった。そして、三木、ファッションを気にしていない機種。ワンダ先輩、2年間学校に行くことができなかった内向的。とアンナ誰が有能なDJであることが判明。彼らの学校が閉鎖された前にこれは学園祭のコンテキストで五十代のファッションショーを行います。

Senin, 24 Juni 2013

Macam-Macam Festival di Jepang

  • Festival Sichi-Go-San
Shichi-Go-San (七五三 ,Shichigosan, 3, 5, 7) adalah nama upacara di Jepang yang merayakan pertumbuhan anak berusia 3, 5, dan 7 tahun. Perayaan dilakukan setiap tahun sekitar tanggal 15 November dan bukan merupakan hari libur.

Peserta perayaan adalah anak laki-laki berusia 3 dan 5 tahun, dan anak perempuan berusia 3 dan 7 tahun. Umur-umur tersebut dipercaya sebagai tonggak sejarah dalam kehidupan, dan angka-angka ganjil menurut tradisi Tionghoa dipercaya membawa keberuntungan. Anak-anak yang cukup umur sebagai peserta Shichi Go San didandani dengan kimono dan dibawa ke kuil Shinto untuk didoakan. Orang tua memanfaatkan kesempatan ini untuk mengabadikan anak-anak yang sudah berpakaian bagus dengan berfoto di studio foto.

Anak-anak yang merayakan Shichi Go San mendapat hadiah permen panjang yang disebut permen chitose (千歳飴 ,chitoseame, permen seribu tahun) yang dipercaya membuat anak sehat dan panjang umur. Kantong tempat permen chitoseame bergambar kura-kura dan burung jenjang yang merupakan simbol umur panjang.

Sejarah :
Hari ke-15 menurut kalender Tionghoa merupakan hari baik dan semua yang dilakukan di hari tersebut dipercaya membawa keberuntungan, dan bulan 11 merupakan bulan selesai panen. Orang zaman kuno pergi ke kuil di bulan purnama hari ke-15 bulan ke-11 untuk berterima kasih atas hasil panen. Kesempatan ini sekaligus digunakan untuk berterima kasih atas pertumbuhan anak, serta memohon perlindungan agar anak tetap sehat dan dapat tumbuh hingga dewasa.

Di zaman dulu, angka kematian anak kecil sangat tinggi sehingga lahir tradisi merayakan anak-anak yang berhasil mencapai usia tertentu di kalangan keluarga petani di Jepang. Tradisi ini meluas ke kalangan samurai yang menambahkan sejumlah upacara. Anak perempuan dan anak laki-laki berusia 3 tahun mengikuti upacara Kamioki yang menandai mulai dipanjangkannya rambut anak setelah sebelumnya selalu dicukur habis.
Anak usia 5 tahun mengikuti upacara Hakama-gi yang menandai pertama kali anak mulai memakai hakama dan haori. Anak perempuan mengikuti upacara Obitoki Himo-otoshi yang menandai pergantian kimono yang dipakai anak perempuan, dari kimono anak-anak yang bertali menjadi kimono berikut obi seperti yang digunakan orang dewasa. Kesempatan Shichi Go San sering merupakan kesempatan pertama bagi anak perempuan untuk merias wajah.
Sejak kalender Gregorian digunakan di Jepang, perayaan dilangsungkan pada 15 November. Di zaman sekarang, waktu membawa anak ke kuil sebagai Shichi Go San sudah disesuaikan dengan waktu libur orangtua. Anak boleh dibawa kapan saja ke kuil di sepanjang bulan November (hari Sabtu, Minggu, atau hari libur), dan tidak harus persis di tanggal 15 November. Di Hokkaido dan daerah-daerah dengan musim dingin yang sangat dingin, udara sudah dingin di sekitar 15 November sehingga perayaan sering dilakukan sebulan lebih awal pada 15 Oktober.

  • Festival Tanabata


Tanabata (七夕) atau Festival Bintang adalah salah satu perayaan yang berkaitan dengan musim di Jepang, Tiongkok, dan Korea. Perayaan besar-besaran dilakukan di kota-kota di Jepang, termasuk di antaranya kota Sendai dengan festival Sendai Tanabata. Di Tiongkok, perayaan ini disebut Qi Xi.

Tanggal festival Tanabata dulunya mengikuti kalender lunisolar yang kira-kira sebulan lebih lambat daripada kalender Gregorian. Sejak kalender Gregorian mulai digunakan di Jepang, perayaan Tanabata diadakan malam tanggal 7 Juli, hari ke-7 bulan ke-7 kalender lunisolar, atau sebulan lebih lambat sekitar tanggal 8 Agustus.

Aksara kanji yang digunakan untuk menulis Tanabata bisa dibaca sebagai shichiseki (七夕, malam ke-7). Di zaman dulu, perayaan ini juga ditulis dengan aksara kanji yang berbeda, tapi tetap dibaca Tanabata (棚機). Tradisi perayaan berasal dari Tiongkok yang diperkenalkan di Jepang pada zaman Nara.


Sejarah :
Tanabata diperkirakan merupakan sinkretisme antara tradisi Jepang kuno mendoakan arwah leluhur atas keberhasilan panen dan perayaan Qi Qiao Jie asal Tiongkok yang mendoakan kemahiran wanita dalam menenun. Pada awalnya Tanabata merupakan bagian dari perayaan Obon, tapi kemudian dijadikan perayaan terpisah. Daun bambu (sasa) digunakan sebagai hiasan dalam perayaan karena dipercaya sebagai tempat tinggal arwah leluhur.

Legenda Qi Xi pertama kali disebut dalam literatur Gushi shijiu shou (古詩十九編, 19 puisi lama) asal Dinasti Han yang dikumpulkan kitab antologi Wen Xuan (文選). Selain itu, Qi Xi juga tertulis dalam kitab Jing-Chu suishi ji (荊楚歲時記, festival dan tradisi tahunan wilayah Jing-Chu) dari zaman Dinasti Utara dan Selatan, dan kitab Catatan Sejarah Agung. Literatur Jing-Chu suishi ji mengisahkan para wanita memasukkan benang berwarna-warni indah ke lubang 7 batang jarum pada malam hari ke-7 bulan ke-7 yang merupakan malam bertemunya Qian Niu dan Zhi Nu, dan persembahan diletakkan berjajar di halaman untuk memohon kepandaian dalam pekerjaan menenun.

Legenda asli Jepang tentang Tanabatatsume dalam kitab Kojiki mengisahkan seorang pelayan wanita (miko) bernama Tanabatatsume yang harus menenun pakaian untuk dewa di tepi sungai, dan menunggu di rumah menenun untuk dijadikan istri semalam sang dewa agar desa terhindar dari bencana. Perayaan Qi Xi dihubungkan dengan legenda Tanabatatsume, dan nama perayaan diubah menjadi "Tanabata". Di zaman Nara, perayaan Tanabata dijadikan salah satu perayaan di istana kaisar yang berhubungan dengan musim. Di dalam kitab antologi puisi waka berjudul Man'yōshū terdapat puisi tentang Tanabata karya Ōtomo no Yakamochi dari zaman Nara. Setelah perayaan Tanabata meluas ke kalangan rakyat biasa di zaman Edo, tema perayaan bergeser dari pekerjaan tenun menenun menjadi kepandaian anak perempuan dalam berbagai keterampilan sebagai persiapan sebelum menikah.


Tradisi :
Perayaan dilakukan di malam ke-6 bulan ke-7, atau pagi di hari ke-7 bulan ke-7. Sebagian besar upacara dimulai setelah tengah malam (pukul 1 pagi) di hari ke-7 bulan ke-7. Di tengah malam bintang-bintang naik mendekati zenith, dan merupakan saat bintang Altair, bintang Vega, dan galaksi Bima Sakti paling mudah dilihat.
Kemungkinan hari cerah pada hari ke-7 bulan ke-7 kalender Tionghoa lebih besar daripada 7 Juli yang masih merupakan musim panas. Hujan yang turun di malam Tanabata disebut Sairuiu (洒涙雨), dan konon berasal dari air mata Orihime dan Hikoboshi yang menangis karena tidak bisa bertemu.

Festival Tanabata dimeriahkan tradisi menulis permohonan di atas tanzaku atau secarik kertas berwarna-warni. Tradisi ini khas Jepang dan sudah ada sejak zaman Edo. Kertas tanzaku terdiri dari 5 warna (hijau, merah, kuning, putih, dan hitam). Di Tiongkok, tali untuk mengikat terdiri dari 5 warna dan bukan kertasnya. Permohonan yang dituliskan pada tanzaku bisa bermacam-macam sesuai dengan keinginan orang yang menulis.

Kertas-kertas tanzaku yang berisi berbagai macam permohonan diikatkan di ranting daun bambu membentuk pohon harapan di hari ke-6 bulan ke-7. Orang yang kebetulan tinggal di dekat laut mempunyai tradisi melarung pohon harapan ke laut sebagai tanda puncak perayaan, tapi kebiasaan ini sekarang makin ditinggalkan orang karena hiasan banyak yang terbuat dari plastik.

  • Festival Hanami 


Hanami (花見, melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu, hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah pohon sakura.

Pohon sakura mekar di Jepang dari akhir Maret hingga awal April (kecuali di Okinawa dan Hokkaido). Prakiraan pergerakan mekarnya bunga sakura disebut garis depan bunga sakura (sakurazensen). Prakiraan ini dikeluarkan oleh direktorat meteorologi dan berbagai badan yang berurusan dengan cuaca. Saat melakukan hanami adalah ketika semua pohon sakura yang ada di suatu tempat bunganya sudah mekar semua.
  • Festival Hinamatsuri


    Hinamatsuri (雛祭り, ひなまつり) atau Hina Matsuri adalah perayaan setiap tanggal 3 Maret di Jepang yang diadakan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan. Keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set boneka yang disebut hinaningyō (雛人形, boneka festival).

    Satu set boneka terdiri dari boneka kaisar, permaisuri, puteri istana (dayang-dayang), dan pemusik istana yang menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Pakaian yang dikenakan boneka adalah kimono gaya zaman Heian. Perayaan ini sering disebut Festival Boneka atau Festival Anak Perempuan karena berawal permainan boneka di kalangan putri bangsawan yang disebut hiina asobi (bermain boneka puteri).

    Walaupun disebut matsuri, perayaan ini lebih merupakan acara keluarga di rumah, dan hanya dirayakan keluarga yang memiliki anak perempuan. Sebelum hari perayaan tiba, anak-anak membantu orang tua mengeluarkan boneka dari kotak penyimpanan untuk dipajang. Sehari sesudah Hinamatsuri, boneka harus segera disimpan karena dipercaya sudah menyerap roh-roh jahat dan nasib sial.
    --Lihat Gambar--

    Susunan boneka :
    Boneka diletakkan di atas panggung bertingkat yang disebut dankazari (tangga untuk memajang). Jumlah anak tangga pada dankazari ditentukan berdasarkan jumlah boneka yang ada. Masing-masing boneka diletakkan pada posisi yang sudah ditentukan berdasarkan tradisi turun temurun. Panggung dankazari diberi alas selimut tebal berwarna merah yang disebut hi-mōsen.
    Satu set boneka biasanya dilengkapi dengan miniatur tirai lipat (byōbu) berwarna emas untuk dipasang sebagai latar belakang. Di sisi kiri dan kanan diletakkan sepasang miniatur lampion (bombori). Perlengkapan lain berupa miniatur pohon sakura dan pohon tachibana, potongan dahan bunga persik sebagai hiasan.

    Tangga teratas 
    Dua boneka yang melambangkan kaisar (o-dairi-sama) dan permaisuri (o-hina-sama) diletakkan di tangga paling atas. Dalam bahasa Jepang, dairi berarti "istana kaisar", dan hina berarti "sang putri" atau "anak perempuan". Wilayah Kansai dan Kanto memiliki urutan kanan-kiri yang berbeda dalam penempatan boneka kaisar dan permaisuri, namun susunan boneka di setiap anak tangga berikutnya selalu sama.

    Tangga kedua
    Tiga boneka puteri istana (san-nin kanjo) diletakkan di tangga kedua. Ketiga puteri istana membawa peralatan minum sake. Boneka puteri istana yang paling tengah membawa mangkuk sake (sakazuki) yang diletakkan di atas sampō. Dua boneka puteri istana yang lain membawa poci sake (kuwae no chōshi), dan wadah sake yang disebut (nagae no chōshi). Gigi salah satu boneka puteri istana dihitamkan (ohaguro) dan alisnya dicukur habis. Dalam boneka versi Kyoto, puteri istana yang paling tengah dari Kyoto membawa shimadai (hiasan tanda kebahagiaan dari daun pinus, daun bambu, dan bunga ume).

    Tangga ketiga
    Lima boneka pemusik pria (go-nin bayashi) berada di tangga ketiga. Empat musisi masing-masing membawa alat musik, kecuali penyanyi yang membawa kipas lipat. Alat musik yang dibawa masing-masing pemusik adalah taiko, ōkawa, kotsuzumi, dan seruling.

    Tangga keempat
    Dua boneka menteri (daijin) yang terdiri dari Menteri Kanan (Udaijin) dan Menteri Kiri (Sadaijin) berada di tangga ke-4. Boneka Menteri Kanan digambarkan masih muda, sedangkan boneka Menteri Kiri tampak jauh lebih tua. Dari sudut pandang pengamat, Menteri Kanan berada di sebelah kiri, sedangkan Menteri Kiri berada di sebelah kanan.

    Tangga kelima
    Pada tangga kelima diletakkan tiga boneka pesuruh pria (shichō). Ketiganya masing-masing membawa bungkusan berisi topi (daigasa) yang dibawa dengan sebilah tongkat, sepatu yang diletakkan di atas sebuah nampan, dan payung panjang dalam keadaan tertutup. Dalam boneka versi lain, pesuruh pria membawa penggaruk dari bambu (kumade) dan sapu. Selanjutnya, kereta sapi dan berbagai miniatur mebel yang dijadikan hadiah pernikahan diletakkan di atas tangga-tangga di bawahnya.

    Hidangan :
    Hidangan istimewa untuk anak perempuan yang merayakan Hinamatsuri antara lain: kue hishimochi, kue hikigiri, makanan ringan hina arare, sup bening dari kaldu ikan tai atau kerang (hamaguri), serta chirashizushi. Minumannya adalah sake putih (shirozake) yang dibuat dari fermentasi beras ketan dengan mirin atau shōchū, dan kōji. Minuman lain yang disajikan adalah sake manis (amazake) yang dibuat dari ampas sake (sakekasu) ya
    ng diencerkan dengan air dan dimasak di atas api.

Senin, 17 Juni 2013

Sejarah Restorasi Meiji Jepang


Dilatarbelakangi jatuhnya Shogun Tokugawa (1868), dengan semboyan “datsu a nyuu ou” anak-anak muda Jepang belajar modernisasi Barat untuk membangun bangsanya yang telah kental akan tradisi. Mampukah modernisasi berjalan seiring dengan tradisi? Sebuah pertanyaan singkat yang terpaksa dijawab oleh ‘bangsa matahari’ini dengan darah!

Khasanah sejarah Jepang diawali dengan kelompok bangsa China daratan yang bermigrasi kedalam bentangan kepulauan pojok timur pasifik ini. Pada abad 9 kekaisaran bentukan kaum imigran ini mampu menaklukan suku pribumi ainu yang telah terlebih dahulu menempati wilayah mereka. Pemerintahan yang stabil pasca penaklukkan, telah membentuk mental-mental kaisar menjadi lemah, mereka lebih mementingkan kesenangan-kesenangan sesaat dari pada memikirkan bagaimana mengurus pemerintahan yang baik.
Daerah-daerah baru hasil ekspansi kekaisaran dikelola secara otonomi oleh para Seiitaishogun yang diangkat oleh kaisar. Pembentukan shogun pertama dilakukan oleh Kaisar Kammu, yang dibentuk guna memerintah daerah utara Honshu. Lemahnya pengaruh kaisar dalam pemerintahan, telah mengakibatkan para shogun yang berkuasa di daerah-daerah dapat berbuat semaunya sendiri. Memang dengan kemampuan militer mereka yang mumpuni dan jiwa samurainya, mereka mampu mengendalikan kawasan vasal masing-masing. Praktis pada era shogunate kaisar hanya mampu ‘berdaulat’ di kawasan Heian (Kyoto) dan sekitarnya. Terasa ironis memang, tapi kenyataan pahit ini memang harus diterima oleh para kaisar dalam belantika sejarah Jepang masa keshogunan.

Era shogunate
Keadaan kekaisaran yang bobobrok tadi, tambah lengkap dengan dibubarkannya tentara kekaisaran. Pelan tapi pasti kawasan luar Kyoto telah tumbuh dengan pesat. Bahkan dapat dikatakan bahwa kemajuan kawasan yang dipimpin oleh para shogun beserta para samurainya ini telah jauh meninggalkan Heinan. Para pejuang ‘daerah’ ini bernafas dengan tradisi kedisiplinan yang teramat tinggi yang ditandai dengan lambang ikat kepala bushido telah memantikkan api persaingan antar shogun. Sudah dapat dipastikan jika pemerintah pusat hanya mampu melihat pasrah ketika para shogun mereka sibuk berebut kuasa kenegaraan.
Perebutan posisi toryo (puncak pimpinan shogun) pada umumnya didalangi oleh tiga keluarga besar dibelakang masing-masing kepentingan mereka. Adalah klan Taira, Minamoto dan Fujiwara, tiga sisi kekuatan besar yang saling bertikai pada awal masa keshogunan.

Akhir Pemberontakan Heiji (1160) telah mengangkat Taira no Kiyomori menjadi penasehat kaisar menggantikan Fujiwara yang berkuasa sebelumnya. Lewat jalan perkawinan kaisar dengan seorang gadis Taira telah memberikan alur tersendiri bagi era kekuasaan mereka. Pada masa ini praktis raja hanya sebagai simbol belaka. Dapat dikatakan bahwa kebijakan kekaisaran pada masa ini hanya berpangkal dari kepentingan klan Taira semata.

Ulah klan Taira ini serta merta mendapat respon negatif dari golongan Minamoto. Berpangkal dengan kemenangan pada Perang Gempei (1185), Minamoto no Yoritomo berhasil menggeser dominasi Taira. Pada tahun 1192 ia mendapat gelar Seii Taishogun (pemimpin militer) di Kyoto. Minamoto Yoritomo kemudian mendirikan markas besar di Kamakura, sedangkan kaisar tetap di Kyoto. Semuanya ini adalah permulaan dari kekuasaan feodal oleh keluarga samurai secara turun-temurun yang memerintah sampai kekuatan kekaisaran kembali berkuasa di tahun 1868.

Era pemerintahan feodal
Masa pemerintahan feodal dibagi menjadi lima periode utama. Periode Kamakura (1185-1333) menghadapi invasi tentara Mongol Kubilai Khan berkali-kali. Jepang berhasil menyingkirkan bangsa Mongol, walaupun awalnya mereka menemui banyak kesulitan oleh karena kurangnya persatuan dalam kalangan mereka sendiri selama ini. Periode ini juga ditandai dengan temuan model pedang baru oleh seorang pandai besi bernama Masamune. Namun kepemimpinan yang lemah pada periode ini telah mengurangi dukungan samurai (kelas pendekar).
Kaisar Go-Daigo mengawali Periode Muromachi (1333-1576) sampai pemberontakan pimpinan Ashikaga menyingkirkannya. Ashikaga dan keturunannya memerintah dengan kemampuan yang semakin memburuk dari waktu ke waktu. Jepang akhirnya tergelincir dalam perang sipil dan kekacauan.

Selama Periode Momoyama (1576-1600) ditandai oleh Oda Nobunaga. Ia adalah seorang bangsawan terkenal dari kawasan Nagoya dan salah satu cermin samurai yang luar biasa pada zaman Sengoku. Oda Nobunaga telah menciptakan organisasi dan taktik perang yang cukup maju. Berkat kebrilianan otaknya ia mampu menumbangkan era kesogunan Ashigaka. Bahkan ia mampu memaksa pasukan sami Budha yang terdiri dari kalangan sipil untuk meletakkan senjata. Oda Nobunaga tewas pada tahun 1582 di tangan Akechi Mitsuhide yang ironisnya adalah pengikutnya sendiri.

Pasca Oda Nobunaga laju pemerintahan ditentukan oleh Toyotomi Hideyoshi. Pengangkatan tampuk kepemimpinan dipegang oleh Hideyoshi, selepas ia mampu membalaskan penghianatan Mitsuhide dengan membunuhnya. Toyotomi Hideyoshi menjadi menteri utama pada tahun 1586. ia berasal dari kalangan keluarga petani miskin. Tindakannya yang paling monumental adalah menciptakan undang-undang yang menetapkan hanya kaum samurai yang boleh membawa senjata. Sangat penting disadari bahwa pada masa ini perbedaan antara samurai dan penduduk sipil amat tipis. Namun sampai abad 17 pertikaian antar klan samurai telah mengakibatkan sebagian samurai turun kasta menjadi penduduk biasa. Penyebaran agama Kristen selama era Kristen (1543-1640) pada mulanya bisa ditoleransi, namun kemudian ditekan karena dianggap sebagai ancaman. Asal tahu saja, bahwa pada masa ini pengaruh Eropa lewat perpanjangan tangan Portugis telah mampu menyentuh bangsa Jepang.

Selama Periode Tokugawa (1600-1867), Tokugawa Ieyasu mengalahkan keturunan muda Hideyoshi dan mendirikan markasnya di Edo (sekarang Tokyo). Kaisar masih memerintah dari Kyoto sedangkan keluarga Tokugawa membawa Jepang ke periode isolasi. Pada masa periode Tokugawa, golongan samurai secara berangsur menjadi bangsawan istana, kaki-tangan kerajaan. Daisho, pasangan pedang samurai yang pendek dan panjang (katana dan wakizashi) pelan-pelan berubah fungsi hanya sebagai simbolik semata. Pedang ini hanya sebagai lambang kekuasaan dan bukannya sebagai senjata yang melambangkan seorang samurai sejati, meskipun hak membunuh masih melekat pada diri setiap samurai. Satu lagi masalah pelik adalah banyaknya ronin (samurai tak bertuan) yang telah menjadi beban masyarakat.

Ketakutan era Tokugawa pada unsur asing telah membawa sebuah model isolasi yang teramat ketat dibanding periode sebelumnya. Rakyat Jepang dilarang pergi ke luar negeri dan berdagang dengan bangsa asing, sedangkan orang-orang asing diawasi dengan ketat. Penekanan kaku yang mengharuskan seseorang patuh tanpa syarat pada peraturan-peraturan mengenai ketaatan dan kesetiaan. Tak dapat dipungkiri memang jika para samurai ini amat bertekat untuk memurnikan barang setetes budaya Jepang dari penetrasi modernitas yang ditawarkan oleh barat. Terus hidup dengan berkudung kemiskinan memang harus tanggung oleh Tokugawa dan para samurainya, semua ini sekali lagi dilakukan demi sebuah prinsip suci yang telah turun temurun meraka warisi.

Dengan berakhirnya abad 19, pemerintahan Tokugawa mandeg dan korup. Kapal-kapal asing mulai mencoba memasuki Jepang dengan desakan terus-menerus. Kelaparan dan kemiskinan melemahkan dukungan untuk pemerintah. Jepang di masa Edo Tokugawa (1603-1867) bagaikan sebuah telaga di pegunungan, stabil dan menyendiri. Gejolak politik diredam melalui sistem kelas yang ketat, pengaruh asing dibendung dengan kebijakan menutup diri dari dunia luar. Namun dua setengah abad yang tenteram ini akhirnya koyak oleh kedatangan empat kapal perang Amerika yang merapat di Teluk Tokyo pada 1853. Lewat kekuatan militernya, komandan Perry menuntut Jepang membuka pintu bagi Amerika. Dua dekade kemudian berakhirlah masa keshogunan yang telah berlangsung dua ratus tahun lebih itu. Kedatangan Perry memang telah memicu sebuah transformasi besar.

Orang-orang mulai mengkritik keshogunan Tokugawa, masyarakat yang anti pendatang asing berubah pikiran dan mulai berkata bahwa orang Jepang mesti mencoba hidup bersama mereka. Konflik kepentingan yang rumit pun merebak, membenturkan kelompok yang mendukung kebijakan terbuka dengan kelompok yang menghendaki pengusiran orang asing; dan kelompok yang mendukung kaisar dengan yang mendukung shogun. Pertempuran antarfaksi ini berujung dengan Restorasi Meiji yang mengembalikan autoritas politik ke tangan kaisar pada 1868.
Era Meiji

Pada tahun 1868, Pangeran Mutsuhito diangkat menjadi kaisar dan memilih nama Meiji yang artinya “pemerintahan yang tercerahkan”. Kaisar Meiji mengambil alih kekuasaan pemerintah dengan membuka peluang bagi Jepang untuk westernisasi dan industrialisasi. Ia pun kemudian menumbangkan kekuasaan Shogun dan menggantikannya dengan administrasi kerajaan. Dia juga memindahkan ibukota kerajaan dari Kyoto ke Edo (Tokyo) dan melakukan berbagai reformasi. Larangan membawa katana (pedang) di tempat umum merupakan sebuah paraturan paling mencolok dikala itu. Cara berpakaian dan model rambut pun tak luput dari proyek westernisasi. Sebagai mana di ketahui bahwa selain pedang, rambut juga sebagai lambang kehormatan bagi seorang samurai. Tentu saja kaum samurai adalah kelompok yang paling kentara terkena imbas modernitas ini. Mereka-meraka yang tak mau berkiblat kepada barat, lari kehutan-hutan dan gunung-gunung guna malancarkan pemberontakan pada pasukan modern pemerintah.

Pemberontakan Satsuma
Era Meiji mengawali era reformasi dari sistem feodal ke sistem modern. Termasuk didalamnya memodern-kan tentara jepang dengan sistem barat. Sosok kuat di balik reformasi ini adalah Okubo Toshimichi. Dia dan Takamori adalah kawan baik dan sama-sama berasal dari Satsuma. Takamori mendukung proses reformasi sejak dari awal. Tetapi ketika hak-hak istimewa samurai di lupakan, terjadi perang batin, antara loyal terhadap negara di satu pihak dan kaum samurai di pihak lain.

Ketidaksetujuannya dalam mengatasi masalah Korea, membuat Takamori mengundurkan diri dari pemerintahan dan kembali ke Kagoshima. Dia mendirikan sekolah untuk samurai dan para samurai yang tidak puas dengan sistem pemerintahan mulai bergabung. Bujukan dari ‘samurai yang tersisihkan’ ini membawa Takamori memimpin pemberontakan terhadap pemerintah. Peristiwa ini tercatat sebagai “Pemberontakan Satsuma”. Pasukan Takamori kalah, dan mereka mundur kembali keKagoshima.

Dengan bersisa sekitar 300 samurai, mereka bertahan dengan bersembunyi didalam gua-gua di bukit Shiroyama. Ketika jumlah pasukannya menyusut, karena kurangnya pasokan makanan, amunisi dan juga karena kelelahan, Takamori sadar, bahwa dia telah kalah.

Di pagi hari tanggal 24 September 1877, sekelompok kecil samurai yang hanya mempunyai pedang ditangan untuk bertahan, di hujani meriam oleh ribuan tentara pemerintah. Tubuh Takamori dan pengikutnya di ketemukan terpenggal kepalanya. Mereka telah melakukan seppuku atau bunuh diri. Sebuah kematian terhormat yang mengambil tempat tertinggi bagi para samurai sejati.
Pembeerontakan yang berhasil ditumpas pada tanggal 24 September 1877 ini merupakan sebuah pemberontakan yang tercatat sebagai aksi penentangan samurai pada pemerintah pusat yang terakhir tercantum dalam sejarah Jepang.

Di tahun 1889 Jepang membuat Undang-Undang bergaya barat, prinsip yang mengantarkan kepada kesadaran nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi. Serta kepercayaan diri yang tumbuh dalam bangsa ini. Prinsip yang terkandung dalam Undang-undang tahun 1889 inilah yang mampu mengantarkan modernisasi barat dan adat tradisi Jepang dapat berjalan seiring. Maka pengiriman pemuda-pemuda Jepang ke Eropa pun makin digalakkan, mereka berangkat ke ‘benua modernisasi’ tersebut dengan tekat dan semangat seorang ‘samurai.’ Semangat samurai dengan bersenjatakan ‘pedang’ modernisasi pulalah yang telah mengantarkan kemenangan Jepang dalam perang melawan China dan Russia. Kini, ketika sang nichi mengintip di ufuk timur, duniapun serempak berpaling pada era kebangkitan dai Nippon yang telah terbit untuk menyongsong masa depannya.

Upacara Minum Teh (Chanoyu)

Ada yang sudah pernah melihat upacara minum teh jepang? kalau tidak pernah melihat secara langsung, paling tidak cobalah melihat videonya lewat youtube maupun media lainnya untuk menambah wawasan pengetahuan kebudayaan jepang:)
Arti kata Chanoyu sebenarnya adalah “air panas untuk teh”. Namun kemudian berkembang lebih luas menjadi upacara minum teh dalam tradisi Jepang, yang sangat dipengaruhi oleh Buddha Zen Itulah sebabnya, dalam chanoyu setiap peserta diharapkan mengalami ketenangan. Karena chanoyu sendiri dianggap sebagai bagian dari meditasi untuk mendapatkan keseimbangan jiwa [ketenangan diri]

Dalam upacara ini, teh disiapkan oleh seorang ahli khusus dan disajikan untuk sekelompok kecil orang, dengan tata cara tertentu. Istilah chanoyu sendiri bisa juga disebut chadou atau sadou.
Untuk bisa menjadi ahli chanoyu, dibutuhkan pengetahuan mendalam tentang tipe teh, kimono, kaligrafi Jepang, ikebana dan berbagai pengetahuan tradisional lain. Itulah sebabnya tak sembarangan orang bisa menjadi ahli chanoyu, bahkan mungkin dibutuhkan proses belajar puluhan tahun. Dan bagi orang-orang yang ingin ikut ambil bagian dalam chanoyu pun diwajibkan memiliki pengetahuan etika yang berlaku dalam upacara ini. Hal ini tak mengherankan, karena chanoyu telah menjadi salah satu bagian paling penting dari tradisi Jepang.

Tradisi minum teh sendiri sudah dikenal bangsa Jepang sejak abad ke-9, dibawa oleh biksu Jepang Eichu yang saat itu baru kembali dari China. Di negri asalnya, China, tradisi minum teh konon telah ada sejak sebelum peradaban Masehi dimulai. Sama seperti di China, kebiasaan minum teh di Jepang awalnya adalah untuk tujuan medis, namun kemudian berkembang menjadi kegemaran dan bahkan lalu menjadi tradisi yang unik.

Pada abad 12, jenis teh yang baru, Matcha, diperkenalkan oleh Eisai, seorang biksu Jepang yang juga baru kembali dari China. Teh hijau dalam bentuk bubuk ini awalnya digunakan untuk ritual keagamaan di biara Budha Zen. Matcha berasal dari tanaman yang serupa dengan teh hitam, namun tidak difermentasi, melainkan digiling gingga berbentuk tepung.

Pada abad 16 tradisi minum teh telah menyebar ke seluruh golongan masyaraakat di Jepang. Figure yang paling dikenal dalam dunia chanoyu saat itu adalah Sen no Rikyu, yang mengajarkan konsep ichi-go-ichi-e, bahwa setiap pertemuan chanoyu harus dianggap berharga, karena hal itu tak dapat diulangi lagi. Prinsip yang dianutnya: harmoni, penghormatan, kemurnian, dan ketenangan tetap menjadi prinsip dasar chanoyu hingga saat ini.
Jika menuruti tradisi Jepang, chanoyu biasanya diadakan pada sebuah ruang tertentu yang disebut chasitsu [artinya ‘ruang teh’]. Terdapat 2 jenis chasitsu, yaitu sebuah bangunan tersendiri yang terdiri dari beberapa ruang [di Inggris juga memiliki tradisi minum teh, dikenal sebagai tea houses/rumah teh]; atau ruangan yang berada dalam suatu bangunan namun dikhususkan untuk upacara minum teh [dikenal di Inggris sebagai tea rooms/ruang teh].



Rumah teh biasanya berupa bagunan sederhana yang kecil, terbuat dari kayu. Letaknya di area yang terpisah pada bagian yang tenang. Namun pada masa kini biasanya terdapat di kebuan atau taman. Sedangkan ruangan teh biasanya berupa ruangan kecil di dalam rumah, kuil, biara, sekolah atau bangunan lain. Di rumah Jepang, ruangan dngan lantai tatami bisa digunakan sebagai ruangan teh, sekaligus untuk fungsi yang lain juga.

Tipe-Tipe Teh
  • Green tea


Green tea [ryokucha] sangat umum di Jepang, sehingga biasa disebut sebagai teh [ocha] atau bahkan Japanese tea [nihoncha]. Sebenarnya, ada banyak jenis teh yang tergantung pada kualitas dan bagian mana dari tanaman teh yang digunakan. Karena itu, terdapat banyak varian harga dan kualitas teh, yang bisa kita temukan di Jepang. Namun hingga kini disebut bahwa Japanese green tea terbaik adalah berasal dari Uji, di wilayah Kyoto. Selain itu, daerah Shizuoka juga terkenal akan hasil teh hijaunya, bahkan di sekolah-sekolah mulai dipasang keran yang mengalirkan air teh.


  • Gyokuro
Gyokuro terbuat dari kualitas teh hijau Ten-cha. Nama Gyokuro mengacu pada warna hijau pucat hasil seduhnya. Daun tehnya tumbuh di bawah bayang-bayang [tidak terkena sinar matahari langsung] sekian waktu sebelum dipanen, yang semakin meningkatkan aromanya.


  • Matcha

Matcha teh hijau bubuk dengan kualitas tinggi yang biasanya digunakan untuk upacara minum teh. Matcha juga menjadi aroma yang populer untuk rasa es krim, permen, atau snack lain di Jepang.

  • Sencha
Sencha green tea yang paling umum ditemukan di Jepang. Sencha berasal dari daun teh yang terkena cahaya matahari langsung.
  • Gamenmaicha
Genmaicha merupakan teh campuran dari maicha dan genmai [beras merah] yang telah dipanggang.
  • Kabusecha
Kabusecha merupakan jenis teh yang sama dengan Sencha, hanya saja daun teh kebusencha dibuat terlindungi dari cahaya langsung matahari sebelum dipanen. Namun karena tidak selama Gyukuro prosesnya, maka asilnya tetap berbeda dari Gyukuro. Aroma Kabusecha lebih halus dibanding Sencha.
  • Bancha
Bancha adalah Sencha yang dipanen pada musim kedua [antara musim panas dan gugur]. Daun-daunnya lebih besar dan aromanya tak seharum Sencha yang dipanen pada musim pertama.
  • Kukicha
Kukicha jenis teh yang berasal dari tiap pucuk tamanan teh, dengan memetik bagian bunga dan 3 helai daunnya.
  • Tamaryokucha
Tamaryokucha jenis teh yang memiliki aroma yang tajam dengan rasa kombinasi antara buah berry, rumput, citrus dan almond.

Jika dibandingkan satu sama lain, masing-masing teh memiliki rasa yang lebih manis dan tidak begitu pahit jika dibandingkan dengan Bancha. Masing-masing teh juga memiliki tingkat kandungan vitamin dan mineral yang berbeda. Sencha mengandung vitamin C yang lebih signifikan dari Gyokuro. Jika kita mengenal kelebihan dari setiap jenis teh ini, akan membantu kita dalam mengoptimalkan khasiat dari teh yang kita minum. 


Sumber: Animonster Magz #97

Kamis, 18 April 2013

日本の暦


日本の暦(にっぽんのこよみ)では、和暦(われき)に基づき日本で刊行された(ている)日本のこよみ(暦書・暦表)について述べる。
日本における暦法(れきほう)に関しては日本における暦および和暦を参照。

和暦(太陰太陽暦)の歴史

日本では古代から江戸時代初期までは、各時代の中国暦太陰太陽暦)が使われていた。1685年からは中国暦や西洋暦などを参考にした日本人による暦が作られ始めた。1873年に太陽暦であるグレゴリオ暦改暦され現在に至っている。改暦以前のものを旧暦と呼ぶ。